Alkisah, ada seorang ustadzah yang bercerita tentang kisah tentang seorang ibu
yang mengeluhkan perilaku anaknya. Anaknya itu tinggal bersamanya dan merawat
dirinya. Dia mengeluhkan betapa anaknya tidak sebaik anaknya yang tidak tinggal
bersamanya.
Anaknya yang tidak tinggal bersamanya terkadang memberinya
hadiah. Sebagai ibu tentu saja dia merasa senang. Dia berharap anak yang tinggal
bersamanya itu berbuat sebaik anaknya itu. Dia kecewa karena anak yang tinggal
bersamanya tak pernah memberinya hadiah.
Apa jawaban ustadzah tersebut?
Menurutnya sang ibu selama ini mempunyai sudut pandang yang salah. Menurutnya,
anak yang tak pernah memberinya hadiah mempunyai keutamaan yang lebih besar.
Karena sang ibu dirawat oleh anak tersebut, di mana dia setiap hari memberi
perhatian dalam bentuk yang lain. Perhatian yang tak pernah disadari ibu
tersebut. Bagaimana dia menyiapkan makan dan minum setiap hari dan pengabdian
lain yang tertutupi karena ibunya hanya melihat dari sudut pandang yang salah.
Hanya karena sang ibu terbiasa merasakan kebaikan tersebut maka hal tersebut
menjadi tak istimewa lagi baginya.
Demikianlah dalam kehidupan kita.
Banyak kebaikan orang lain berubah menjadi hal yang biasa saja karena setiap
hari kita merasakannya. Tak heran, banyak dari kita lebih terharu atas perhatian
orang yang baru kita kenal dibanding perhatian orang yang lama mengenal
kita.
Betapa banyak anak mengeluhkan orang tuanya, mencela dan bermuka
masam kepada orang tuanya di rumah, tetapi mudah tersenyum kepada orang baru
yang dikenalnya. terkadang kita mengingat orang tua, keluarga atau saudara yang
setiap hari berinteraksi dengan kita hanya dari sudut pandang kesalahan, bukan
kebaikan. Namun ketika kita bertemu seseorang yang jarang berinteraksi dan
berbuat baik kepada kita hanya sekali, maka lisan kita begitu cepat
memuji.
Betullah kata seorang sahabat, "Makanan yang enak dan istimewa,
bila dimakan tiap hari tak akan terasa istimewa." Bahkan ayam dan daging yang
harganya mahal, bila dikonsumsi tiap hari oleh orang kaya, menjadi biasa saja
bahkan berubah menjadi membosankan. Namun, berikanlah kepada orang yang jarang
mengkonsumsinya, maka makanan itu akan menjadi spesial dan
istimewa.
Nampaknya kebaikan orang lain pun seperti itu. Kebaikan
keluarga, sahabat, teman, yang tiap hari kita dapatkan, semulia apapun kebaikan
itu, maka akan akan menjadi biasa saja. Kita mulai mencari-cari sudut pandang
yang berbeda, mencari kekurangan mereka, dan melupakan kebaikan
mereka.
Ketahuilah, keluarga, sahabat, tetangga yang setiap hari
berinteraksi dengan kita mempunyai kebaikan yang setiap hari kita terima.
Merekalah yang paling berhak kita perlakukan dengan baik, dengan kasih dan
sayang. Kebaikan mereka melebihi orang yang berbuat kebaikan orang yang jarang
berinteraksi dengan kita.
Matahari yang hangat, menjadi tak istimewa bila
setiap hari kita merasakannya. Namun bagi mereka yang yang tak pernah merasakan
hangatnya, maka akan menjadi istimewa.
Pantai yang indah menjadi tak
istimewa bagi penduduk di sekitarnya, namun menjadi menakjubkan bagi mereka yang
tinggal di daerah pegunungan.
Maka mungkin saja kita tak lagi merasakan
kebaikan orang lain dan membenci karena keburukannya yang hanya sekali dua kali,
karena kita telah terbiasa dengan kebaikannya.
Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar