Sadar atau tidak, banyak orang memenjara hidupnya dengan beban masa lalu atau
impian masa depan. Terdengar seperti melodi indah ketika kita membayangkan masa
depan yang "indah", dan mungkin terdengar seperti melodi penyayat hati ketika
teringat masa lalu yang "buruk."
Memang benar, hidup yang benar-benar
indah itu memang jauh dari apa yang kita alami sekarang. Anda pun siap berdebat
ketika ada orang yang mengatakan bahwa hidup anda di masa lalu tak seburuk yang
diceritakan. Karena memang faktanya hal-hal yang tidak menyenangkan pernah atau
sedang kita alami.
Tapi ada sebuah ajaran yang mengatakan, "Bila Anda tak
bisa memperoleh semuanya, maka jangan meninggalkan yang sedikit." Bila dalam
hidup ini kita tidak bisa mensyukuri banyak hal, maka paling tidak kita bisa
mensyukuri yang "sedikit". Sedikit dalam pandangan kita, walau sesungguhnya hal
tersebut adalah hal yang besar.
"Sedikit" itu misalnya kita masih bisa
bernapas. Bernapas itu mempunyai filosofi yang sangat dalam. Ketika kita
menghirup udara, maka kita harus mengeluarkannya lagi untuk tetap hidup.
Filosofinya, dalam hal yang paling sederhana dalam hidup kita yaitu bernapas,
kita harus mengeluarkan usaha untuk mendapatkan hasil yang
setimpal.
Simpelnya, bila kita masih bisa bernapas, maka tetap ada
kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk mengubah hidup kita.
Hal yang "sedikit', begitu dekat, namun kita selalu memikirkan
kebahagiaan yang lebih "kecil." Coba ditanyakan, adakah manusia yang mau
kehilangan kemampuan bernapasnya? Adakah manusia mau kehilangan penglihatannya?
adakah manusia yang suka kehilangan nikmat pendengarannya? Adakah manusia yang
ingin kehilangan kesehatannya?
Patokan keindahan hidup memang menjadi
logika semu. Nikmat hidup dikatakan bila kita sudah punya banyak harta, namun
lihatlah di sudut sana banyak orang-orang kaya yang juga kebingungan karena
tidak memperoleh kebahagiaan. Nikmat hidup dikatakan bila sudah punya jabatan
yang tinggi, namun lihatlah di sudut sana banyak pejabat yang tidak bisa
menikmati hidupnya karena banyak masalah yang harus dipertanggungjawabkan.
Katanya nikmat hidup bila sudah terkenal, tapi mengapa yang terkenal malah
berangan-angan kembali ke kehidupan ketika tak seorang pun mengenal
mereka?
Karena sebenarnya, kebahagiaan itu ada pada rasa syukur. Bila
kita terus menerus bersyukur, maka kebahagiaan kita akan
bertambah.
Jangan hidup demi masa depan yang lebih "indah". Karena
yakinlah, keindahan itu berada dalam rasa syukur kita, bukan dalam impian-impian
semu yang mungkin kita tak pernah akan kita dapatkan.
Dan bila kita tak
pernah mendapatkan kebahagiaan kita, maka apakah selamanya masa "indah" itu
tidak ada?
Karena Tuhan itu Maha Adil, maka kebahagiaan tak diletakkan
pada apa yang kita peroleh, namun sejauh mana kita bersyukur pada 'sekecil'
apapun hal yang kita miliki
Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar