Selasa, 28 Oktober 2014

Jangan Hidup Untuk Menunggu Masa "Indah" Itu Datang

Sadar atau tidak, banyak orang memenjara hidupnya dengan beban masa lalu atau impian masa depan. Terdengar seperti melodi indah ketika kita membayangkan masa depan yang "indah", dan mungkin terdengar seperti melodi penyayat hati ketika teringat masa lalu yang "buruk."

Memang benar, hidup yang benar-benar indah itu memang jauh dari apa yang kita alami sekarang. Anda pun siap berdebat ketika ada orang yang mengatakan bahwa hidup anda di masa lalu tak seburuk yang diceritakan. Karena memang faktanya hal-hal yang tidak menyenangkan pernah atau sedang kita alami.

Tapi ada sebuah ajaran yang mengatakan, "Bila Anda tak bisa memperoleh semuanya, maka jangan meninggalkan yang sedikit." Bila dalam hidup ini kita tidak bisa mensyukuri banyak hal, maka paling tidak kita bisa mensyukuri yang "sedikit". Sedikit dalam pandangan kita, walau sesungguhnya hal tersebut adalah hal yang besar.

"Sedikit" itu misalnya kita masih bisa bernapas. Bernapas itu mempunyai filosofi yang sangat dalam. Ketika kita menghirup udara, maka kita harus mengeluarkannya lagi untuk tetap hidup. Filosofinya, dalam hal yang paling sederhana dalam hidup kita yaitu bernapas, kita harus mengeluarkan usaha untuk mendapatkan hasil yang setimpal.

Simpelnya, bila kita masih bisa bernapas, maka tetap ada kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk mengubah hidup kita.

Hal yang "sedikit', begitu dekat, namun kita selalu memikirkan kebahagiaan yang lebih "kecil." Coba ditanyakan, adakah manusia yang mau kehilangan kemampuan bernapasnya? Adakah manusia mau kehilangan penglihatannya? adakah manusia yang suka kehilangan nikmat pendengarannya? Adakah manusia yang ingin kehilangan kesehatannya?

Patokan keindahan hidup memang menjadi logika semu. Nikmat hidup dikatakan bila kita sudah punya banyak harta, namun lihatlah di sudut sana banyak orang-orang kaya yang juga kebingungan karena tidak memperoleh kebahagiaan. Nikmat hidup dikatakan bila sudah punya jabatan yang tinggi, namun lihatlah di sudut sana banyak pejabat yang tidak bisa menikmati hidupnya karena banyak masalah yang harus dipertanggungjawabkan. Katanya nikmat hidup bila sudah terkenal, tapi mengapa yang terkenal malah berangan-angan kembali ke kehidupan ketika tak seorang pun mengenal mereka?

Karena sebenarnya, kebahagiaan itu ada pada rasa syukur. Bila kita terus menerus bersyukur, maka kebahagiaan kita akan bertambah.

Jangan hidup demi masa depan yang lebih "indah". Karena yakinlah, keindahan itu berada dalam rasa syukur kita, bukan dalam impian-impian semu yang mungkin kita tak pernah akan kita dapatkan.

Dan bila kita tak pernah mendapatkan kebahagiaan kita, maka apakah selamanya masa "indah" itu tidak ada?

Karena Tuhan itu Maha Adil, maka kebahagiaan tak diletakkan pada apa yang kita peroleh, namun sejauh mana kita bersyukur pada 'sekecil' apapun hal yang kita miliki

Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar