Senin, 17 September 2012

PERTEMANAN ITU TAK ABADI

Apa yang abadi di dunia ini? Tidak ada. Semua makhluq itu fana. Jika semuanya fana, maka semua ikatan makhluq itu juga akan ada masanya untuk berakhir. Sederhana saja. Sederhana, tapi tak kadang bermakna kepedihan. Ikatan Itu Tak Abadi.

Pertemanan itu tak abadi. Seseorang yang menjadi teman baik kita di hari ini, belum tentu akan sebaiknya. Biasa saja. Sebagaimana yang bisa terjadi pada diri kita yang baik bagi seseorang di hari ini namun bisa menjadi sosok yang sangat buruk bagi orang itu di waktu-waktu selanjutnya. Keburukan karena pertemanan yang ektrem di masa lalu kerap mengundang penyesalan di hari-hari akhir ketika pertemanan itu sudah berakhir. Kejahatan atas nama kesetiakawanan di masa lalu kerap menjadi lembaran kelam bagi banyak orang. Kebodohan yang dilakukan atas nama kesetiakawanan juga kerap menjadi bagian yang enggan diungkit oleh sebagian kita di hari-hari penyesalan.

Pertemanan itu tak abadi. Bisnis itu soal kepercayaan dan kenyamanan. Itu juga tak abadi. Kerjasama bisnis itu tak abadi. Ia ada ketika menguntungkan dan dia menjadi sirna ketika ada pengkhianatan. Allah juga menyingkir dari perikatan bisnis yang memuat pengkhianatan. Ikatan bisnis itu tak abadi. Kolega kerja itu soal pergiliran. Itu juga tak abadi. Pindah, mutasi, penempatan, reorganisasi, dan lainnya bisa mengubah sebuah perikatan kerja. Memang akan selalu ada semangat untuk melanggengkan ikatan itu.

Tapi zaman –bagaimanapun- tak akan membuat perikatan itu sama persis dengan ikatan yang pernah ada. Upaya untuk tetap langgeng itu sebaiknya difahami sebagai sebuah upaya manusiawi. Tapi, ikatan kerja itu tak abadi. Pernikahan juga tidak abadi. Ada banyak hal yang membuat perikatan ini berakhir. Banyak sekali. Pernikahan juga tak abadi. Perikatan dunia itu perikatan dunia. Tapi, kita bisa mengharapkan kebaikan dunia dan akherat dari perikatan dunia yang ada ini. Kita bisa berharap pertemanan yang ada mengantarkan kita ke surgaNya, karena sebagian wajah kita di akherat adalah wajah pertemanan kita di dunia. Kita berharap ikatan bisnis, ikatan kerja, ikatan pernikahan dan semua perikatan itu membawa manfaat bagi kita –bukan Cuma di dunia- dunia dan akherat. Memahami watak partner itu agak mudah ketika kita memiliki visi ukhrawi. Perikatan itu menjadi rumit ketika kita tidak berorientasi akherat. Partner kita akan mudah terlihat rakus jika kita juga rakus. Partner perikatan kita akan sangat terlihat sombong dalam kacamata kesombongan kita. Kawan kita mudah terlihat egois dalam pandangan egoisme kita. Dan istri kita Cuma mau enaknya sendiri –terutama- ketika kemauan kita tidak diikutinya. Perikatan itu rumit jika kita miskin cita rasa akherat.

Aku pernah menerima senyum indah agen asuransi, tukang jualan makanan, pelayan sebuah entitas bisnis, dan lain-lain. Dan Alhamdulillah, aku juga pernah menyaksikan bagaimana perubahan mereka ketika ikatan dan kepentingannya selesai. Mudah. Jika aku ingin mereka yang semacam ini tersenyum lagi, aku tinggal memenuhi maunya. Dan jika aku tak ingin memenuhi kemauannya, aku Cuma tinggal tak berharap pada senyumnya. Maka parade sakit hati dan caci maki karena kepentingannya tak terpenuhi itu bukan hal istimewa bagiku. Itu biasa. Kemarahan yang dipamerkan karena kesukaannya terusik itu biasa. Makian yang dibombardir karena pilihannya tak aku pilih itu biasa.

Pameran penyesalan yang ekspresif karena pernah bersama itu juga hal yang tak boleh sangat menggores hatiku. Senang karena kepentingannya aku ikuti dan tak suka karena kepentingannya aku abaikan itu biasa. Aku juga begitu. Cuma soal jangkauan pandangan saja yang membedakan. Sebaliknya, akan sangat sulit melepas mereka yang sangat kita sukai dari sebuah perikatan. Memang memutus dan melepas pihak yang kita cintai itu sangat tak mudah. Semakin kuat cinta kita maka mungkin akan semakin sulit untuk mengakhiri ikatan itu. Semakin suka kita dengan sebuah ikatan maka semakin sukar kita mengurai ikatan itu. Dan semakin banyak manfaat atau semakin kita sukai manfaat dari sebuah perikatan, maka semakin sakit kita jika tiba saatnya untuk melepas ikatan itu.

Semoga Allah memudahkan urusan perikatan yang substansinya sederhana namun kerap mengaduk-aduk emosi ini. Aamiin. Besok, insyaallah akan belanja ke fulan, agar senyumnya kembali mengembang untukku. Besok, aku akan mencoba menyapanya. Mungkin sudah agak lama aku tak menyapanya. Besok, insyaallah, aku akan mencoba mengajaknya, mungkin ajakanku bisa menyejukkan hatinya. Insyaallah. Ikatan itu tak ada yang benar-benar abadi.

Kuningan, 13 September 2012
oleh: ekonov
sumber: forum salahuddin kpdjp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar