Minggu, 22 Desember 2013

Keputusanmu untuk Pensiun Dini Sungguh sangat Mengejutkanku

Pertama bertemu dengan mu ada rasa teduh disana. Saat engkau mengajar pelatihan Prajab banyak teman teman yang tidak suka cara mengajarmu. Sedikit mengantuk langsung kena pertanyaan.

Penampilanmu sungguh sangat sederhana, padahal waktu itu engkau sudah menjabat Kabid - setingkat kepala kantor. Tapi justru dari pandangan pertama itulah saya langsung kesengsem sama engkau. Jatuh cinta yang tidak dapat ditahan lagi.

Idealisme-mu semakin mengharumkan nama baikmu di dunia birokrasi. Banyak sekali cerita cerita `gila' tentang engkau. Saat kau menjabat Kabid di Kantor Wilayah waktu itu, pernah engkau melakukan dinas tugas pembinaan ke kantor operasional di daerah. Tidak seperti kebanyakan orang Kanwil pada umumnya, yang sebelum berangkat ke tujuan menelpon kepala kantor operasional di daerah. Hasilnya, jelas diservis luar biasa. Dijemput, dicarikan hotel, dicarikan oleh oleh, dan diantar pulang. Tetapi engkau tidak seperti mereka. Diam diam engkau sudah meluncur ke kantor daerah itu, dengan pakaian sederhanamu seluruh pegawai di Kantor tidak menyangka bahwa orang Kanwil yang datang ialah engkau. Bahkan satpam di pintu gerbang pun tidak menyangka bahwa engkau seorang Kabid yang sedang 'sidak' ke kantor itu. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Dulu, waktu Aceh diterjang tsunami, engkau di percaya sama Kantor Pusat untuk memimpin kantor operasional perbendaharaan disana. Kau bilang waktu itu, duit yang kau kelola besar dan itu menggunakan dolar. Seluruh staff pun adalah hasil pilihanmu, dengan melihat kapabilitas dan kemampuan.

"lancar gak kamu ngomong bahasa inggrisnya?", katamu suatu saat padaku..

"sedikit sedikit ngerti,"jawabku jujur..

"kalau gitu bukan pilihan bapak ikut ke aceh," sergah engkau….dan saya pun nyengir kecut..

Saat itu banyak orang yang iri sama engkau, karena bayarannya tinggi. Tapi mereka tidak tahu, bahwa engkau mengkonsep surat sendiri, mengetik surat sendiri, dan menandatangani surat sendiri serta mengantar surat itu via pos engkau sendiri pula. Sementara staff yang lain super sibuk mengurusi kerjaan mendesak yang lainnya. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Itu engkau waktu sudah jadi pimpinan, dulu waktu engkau masih staff biasa kau pun disiplin luar biasa. Sebelum jam berdentang tepat pukul 12.00 kau tidak beranjak dari tempat dudukmu. Tidak mau keluar, sebelum waktu istirahat tiba. Padahal saat itu istrimu sudah menunggu di luar. Tapi kau tetap bergeming tidak keluar menyambut istrimu. Kau duduk dikursimu, dan sang istri menunggu di depan kantor. Katamu saat itu, biar tidak ada pekerjaan kau kuatkan matamu membaca segala peraturan terkait pekerjaanmu. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Kalau seorang muslim itu pegangannya Al Qur'an, nah kalau PNS juga harus punya pegangan agar bisa kerja sebaik mungkin. Ada keppres, peraturan menteri, edaran pusat kamu pelajari baik baik biar bisa kerja layaknya kamu bisa hidup dengan benar karena ada Al Qur'an yang kamu pegang, itulah pesanmu padaku suatu ketika.

Sewaktu kau memimpin rapat di kantor pusat, staff mu yang berpenampilan parlente dan lebih mewah dari engkau membuka acara. Seluruh tamu undangan peserta rapat mengira bahwa dialah yang akan memimpin rapat. Tapi akhirnya seluruh tamu undangan itu terkejut, karena staff mu yang berpenampilan parlente dan lebih mewah dari engkau sebelum membuka acara meminta ijin kepadamu agar rapat segera dimulai. Kau duduk jauh di pojok, pakaianmu pun sederhana dan seluruh tamu undangan waktu itu tidak menyangka bahwa kau lah bos nya. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Itu semua membuktikan bahwa engkau smart, berpengetahuan luas, dan intelek. Andai tidak ada orang yang menghambat laju pendidikanmu untuk mendapatkan beasiswa, seharusnya engkau tidak cuma menjabat sebagai Kasubdit di Kantor Pusat, bisa saja menjadi direktur, atau dirjen. Tapi takdir berkata lain….

Fisikmu pun sebanding dengan kuatnya intelektualitasmu. Engkau pernah cerita bahwa engkau seharusnya juara pertama lari se jawa tengah, tapi engkau merasa tidak enak menjadi juara karena dibelakang mu persis ada anggota TNI. Dan kau pun mengalah menjadi juara dua. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Dulu engkau pernah kami keroyok. Saya dan teman teman berjumlah delapanan orang mengeroyokmu. Berkelahi. Betulan. Ada yang menendang, yang lain mencekik, yang lain memukul keras bahkan ada yang menggelitiki mu. Tapi kau cuma nyengir, udah gini aja kekuatan anak muda. Dan blap blap blap kami pun terjatuh semua karena kau balas membanting kami. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Waktu kau di Kantor Pusat pun, tiada minggu tanpa berlari. Ya kau sering berlari di Lapangan Banteng Timur, dan temanmu berlari banyak anggota TNI. Ah mungkin ini hanya fiksi?? Tapi itulah engkau….

Alhamdulilah, waktu saya menikah engkau pun datang. Ya engkau sengaja menyempatkan datang saat engkau ada tugas dari kantor pusat ke aceh beberapa hari. Saya pun sangat senang, sungguh kehadiranmu menghapus rasa sedih saya atas ketidakhadiran seluruh teman satu angkatan, karena mereka sudah kadung menyebar ke seantero Indonesia.

Syahdan, saat engkau pulang dari naik haji yang kedua, ternyata surat pensiun dini mu sudah disetujui sama atasanmu. Dan sekarang engkau sudah berhenti jadi PNS, saat engkau masih menjabat Kasubdit di Kantor Pusat. Usia mu pun belum tua tua amat, kalaupun usiamu sudah lanjut itu tidak nampak dari badanmu yang tegap, bugar, dan fisik yang prima. Mendengar engkau pensiun saya sedih, sekarang tidak ada lagi panutan saya menjadi PNS.

"jadi apa kira kira yang melatar belakangi bapak pensiun,"? tanya sahabatmu yang juga guru saya suatu saat pada mu

"bapak ingin pensiun saat masih kuat dan punya kemampuan untuk berkarya lagi,"itulah jawaban tegas mu.

Sekarang engkau sudah kembali ke kampung halaman di wonosobo sana. Semoga karyamu bisa memajukan wonosobo. Salam takzim saya untuk mu duhai guru ku. Sungguh saat saya menulis ini, air mata saya bercucuran seakan merasa kehilangan dan tidak rela engkau pensiun. Semoga saya bisa sekuat bapak memegang prinsip dan idealismenya…. Amin Ya Robb,,,

Guru saya itu bernama : TYAS MIYANTO

sumber: http://sosok.kompasiana.com/2011/05/11/keputusanmu-untuk-pensiun-dini-sungguh-sangat-mengejutkanku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar