Awal tahun 2015 menjadi memori terpenting dalam hidup. Anak ke-3 : Aimy Nida Shabria, lahir ke dunia. Diiringi dengan harapan yang membuncah akan take home pay yang akan naik signifikan. "Menjadi kaya mendadak" kata media massa saat itu. Terbayang lah banyak rencana untuk masa depan anak-anak. Dan terselip pula niatan untuk membantu salah satu keluarga yang berada pada titik "super-miskin".
Januari, Februari, dan awal Maret berjalan bersama banyaknya issu/draft tabel-tabel kenaikan THP signifikan itu. Tibalah, tanggal 19-20 Maret dimana tabel kenaikan THP sudah bukan menjadi issu/misteri. Tabel yang tertera pada Peraturan Presiden no.37 th 2015, menyesakkan dada dan menghapus semua bayangan dan niatan indah itu. Kenaikan THP itu hanyalah omong kosong dan janji manis para penguasa. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua kehendak hanya milik Allah. Janji manis menteri dan Dirjen Pajak pun hanyalah penyemangat palsu. Media massa dan Masjid Shalahuddin kantor pusat pun menjadi saksi sejarah akan kezhaliman mereka. Innalillah....
Kerja keras pada tahun 2014 seolah hanya menjadi sejarah puncak karir/kinerja, dan bayangan demotivasi selalu hadir tiap hari. Ya Rabb, kejam sekali mereka. Bermanis mulut di depan kamera dan diatas mimbar masjid, seolah tidak takut akan dosa berdusta. Bayangan untuk memberikan hidup layak bagi keluarga dan melunasi hutang yang sudah mencapai angka 7,5 juta per bulan itu, pupus sudah...
Kehidupan kembali berjalan seperti sedia kala, tanpa perubahan yang diharapkan. Kembali memacu jantung tiap bulan, di setiap tanggal 9 dan tanggal 20 dengan mengucap "semoga bisa melewati tanggal 30 dengan selamat"....kalimat itu selalu terucap tiap bulan, dengan harapan setiap tanggal 9 tidak ada keluhan istri akan kurangnya susu dan popok, dan di setiap tanggal 20 keatas berharap tetap bisa memberi uang nafkah untuk istri dan membeli susu-popok untuk ketiga anak batita...
Ya Allah, harus kah hamba mengais rejeki dengan meng-ojek di malam hari tanpa bercerita kepada istri, seperti yang dilakukan teman-teman di KPP PMA kalibata sana...
Ya Allah, harus kah hamba kembali mengais rejeki dari satu tempat kursus ke tempat kursus lain, dari Senin-Minggu...
Ya Allah, harus kah hamba jual rumah dan mobil untuk tabungan masa depan anak-anak dan membantu "keluarga super miskin" itu......dengan mengontrak rumah seumur hidup sama seperti "keluarga super miskin" itu....
Ya Allah, sabarkan lah hati hamba, istri hamba, dan anak-anak hamba, dalam menerima kenyataan pahit ini....kenyataan yang jauh dari harapan dan janji manis para penguasa...